Selasa, 18 Oktober 2011

Manfaat Hasil Tes Bagi Guru, Wali Kelas, Kepala Sekolah, Konselor, Orang Tua, dan Murid


instrumen test bimb. dan konseling


PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
.Dalam pelayanan bimbingan dan konseling di butuhkan suatu alat yang di na

makan Instrumen tes BK II. Instrument tes Bimbingan dan konseling di sekolah sangatlah penting karena instrument tes ini dapat membantu memperlancar pendidikan. Instrument tes ini, sangat banyak kegunaannya yaitu salah satunya dapat membantu guru pembimbing dan guru mata pelajaran dalam mengklasifikasikan siswa.
Instrument ini bagi guru pembimbing agar dapat mengetahui potensi siswa, kemudian guru dapat menyesuaikan materi pelajaran dengan potensi siswa tersebut. Instrument ini juga sangat berguna dalam penempatan dan penyaluran siswa yang tepat di sekolah.
Atas dasar inilah penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam lagi mengenai instrumen tes ini sehingga penulis mengangkatnya ke dalam sebuah makalah yang berjudul “Fungsi Instrument Tes Dalam Pelyanan Bimbingan dan Konseling”.

B. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mendeskripsikan melalui studi kepustakaan tentang:
Hakekat instrument tes.
Tujuan pelaksanaan instrument tes.
Kegunaan hasil instrument tes.

C. Kegunaan Penulisan.
Adapun kegunaan dari penulisan makalah ini adalah:
Untuk menambah pengetahuan pembaca agar dapat memahami sekilas tentang instrumen tes.
Agar penulis lebih menguasai tentang fungsi instrumen tes.
Dapat menambah wawasan pembaca dan penulis sendiri.
BAB II
PEMBAHASAAN

A. Hakekat Instrument Tes.
1. Pengertian Instrument Tes.
Instrument tes merupakan alat ukur, kemudian pengertian intrument dalam bimbingan dan konseling ialah sebagai alat ukur untuk menyelesaikan suatu permasalahan.
Dan pengertian tes ialah suatu alat yang digunakan untuk mengetahui potensi seseorang, sebagaimana dikemukakan oleh Bimo Walgito (1989) “bahwa tes merupakan suatu metode pengumpulan data atau fakta-fakta yang lain dari testi dengan menggunakan soal-soal, pertanyaan, tugas lain dimaan persoalan/pertanyaan tersebut telah dipilih dengan seksama dan telah di standardisasikan oleh tester.

Berdasarkan pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa instrument tes itu adalah suatu alat ukur atau alat yang digunakan untuk menyelesaikan suatu permasalahan, misalnya untuk mengetahui potensi seseorang.

2. Jenis-jenis Instrument Tes.
Dalam instrument tes ada beberapa jenis diantaranya:
Tes intelegensi. Adalah suatu tes yang digunakan untuk melihat sejauhmana kemampuan atau potensi seseorang.
Kemudian menurut Wayan Nurkencana (1993:194) mengemukakan bahwa tes intelegensi ialah tes yang biasanya digunakan untuk meramalkan kemampuanseseorang mengikuti pelajaran di perguruan tinggi atau di sekolah.
Tes bakat yaitu tes yang digunakan untuk mengetahui bakat seseorang.
Tes kesiapan belajar yaitu tes yang dilakukan untuk melihat kesiapan belajar seseorang dalam menerima pelajaran.

3. Hal-hal yang Diperhatikan Dalam Penggunaan Tes.
Agar instrument tes itu baik maka harus memperhatikan beberapa syarat tes yang baik diantaranya adalah:
Validitas; sejauh mana suatu tes dapat mengukur apa yang sebenarnya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sumadi Suryabrata(1984) bahwa validitas adalah suatu alat pengukur sejauh mana alat itu dapat mengukur apa yang dimaksutkan untuk diukur dengannya.
Reabilitas: suatu tes dikatakan stabil kalau hasil pengukuran dengan tes tersebut adalah sama atau hampir sama jika pengukuran tersebut dilakukan oleh orang yang sama dalam waktu yang berlainan atau berbeda dalam waktu yang sama.
Deskriminasi: mempunyai daya pembeda yang tinggi. Suatu tes diharapkan dapat membedakan kualitas yang diukur.
Balance: keseimbangan, bagaimana jumlah item mencakup semua.
Obyektivitas: dalam pemberian skor tester harus obyektif dan mengesampingkan faktor subyektif.
Standarisasi: menyesuaikan tes itu dimana akan digunakan dan disesuaikan.
Komprehensif: menyeluruh dan mencakup banyak hal atau semua kemungkinan yang akan diungkap.
Praktis: mudah digunakan dan hendaknya disesuaikan dengan kondiri kecakapan para petugas.
Kesukaran: item-item pertanyaan tidak terlalu sukar dan sistematis.

Agar instrument tes baik, juga perlu diperhatikan beberapa istilah yang dugunakan dalam testing, yaitu diantaranya.adalah:
1. Evaluasi; tindakan atau proses untuk menentukan nilai dari sesuatu.
2. Pengukuran; suatu tindakan atau proses untuk menentukan luas atau kualitas dari pada sesuatu.
3. Penilaian; mengembil sesuatu keputusan terhadap sesuatu yang dengan ukuran baik atau buruk.
4. Testing kegiatan pelaksanaan pengukuran data atau penyelidikan guna mengetahui pengetahuan dari tester dengan seksama dan telah distandarisasikan.
5. Testi; responden yang sedang mengerjakan tes
6. Tester; orang yang diserahi tugas untuk melaksanakan pengambilan tes terhadap para responde atau subjek evaluasi
7. Faking; Kejadian dimana tester memperdayakan testi dalam pelaksanaan tes yang dilaksanakan testi, faking ini juga dapat dikatakan sebagai sutu pemalsuan dalam tes. Faking ini terbagi atas dua yaitu :
- Bad; merupakan usaha tester untuk memperdaya testi agar tidak lulus.
- Good; merupakan usaha tester untuk mempardaya testi untuk diterima ( berhasil )
8. Tes standar; merupakan tes berpatokan atau tes yang telah dinilai dan diakui
9. tes psikologis; tes yang mengukur yang berhubungan dengan psikologi bakat, minat, intelegensi yang dimili oleh ndividu atau kelompok
10. standar dizet test; tes yang telah diakui baik validitas maupun reabilitas, tes ini telah diuji cobakan, di analisis, di resensi dan di susun kembali sehingga didapat validitas dan reabilitas yang tinggi, dengan demikian berarti bahwa tes itu betul-brtul dapat menguji apa yang ingin di uji ( valid ) teliti dan konsisten ( reabel ) atau praktis
11. inventori
12. pengadministrasian tes.
13. Kode etik tes.

B. Tujuan Pelaksanaan Instrument Tes.
Tujuan pelaksanaan intrument tes adalah:
1. Klasifikasi; mengelompokan seseorang sebagaimana seharusnya ditempatkan.
seleksi: tes digunakan oleh lembaga-lembaga seperti sekolah, perguruan tinggi dan yang lainya untuk menerima beberapa individu dan menolong yang lainya.
Skrining: mengacu pada penyelidikan untuk menentukan mana yang memerlukan atau berhak atas perlakuan khusus.
Diagnostik: menganalisa jenis kelemaha, sebab dan merumuskan bantuan yang akan diberikan.
Sertifikasi: pengesahan pada seseorang yang lulus ujian tau mendapatkan izin praktek.
Penempatan: yaitu proses menapis dan menyortir untuk memberikan berbagai tingkat pelayanan kepada berbagai orang.

2. Meningkatkan pemahaman dan prediksi.
3. Memodifikasi program dan perlakuan evaluasi.
modifikasi program yaitu merubah program yang sudah ada harus disesuaikan dengan hasil tes.
Perlakuaan dan evaluasi yaitu tindakan yang harus diberikan seseorang untuk melakukan penilaian terhadap suatu program dalam jangka waktu untuk mencapai target yang telah ditentukan.

4. Panel dan penyelidikan ilmiah; Untuk menentukan sesuatu itu baik buruk, benar salah dari penggunaan suatu tes.

C. Kegunaan Hasil Instrument Tes.

1. Bagi Guru Pembimbing.
Hasil tes bagi guru pembimbing sangat diperlukan untuk mendapatkan informasi tentang siswa yang pada akhirnya digunakan sebagai landasan untuk memberikan bimbingan dan pelayanan yang setepat-tepatnya kepada siswa.
Penggunaan hasil tes bagi guru pembimbing dalam tujuh jenis layanan:
Dengan tes, guru pembimbing dapat menyesuaikan cara pemberian layanan kepada siswa.
Dengan tes , guru pembimbing dapat lebih mengetahui karakteristik siswanya.
Dengan tes, guru pembimbing dapat menyesuaikan jenis layanan apa yang akan diberikan kepada siswanya.


2. Bagi Guru Mata Pelajaran.
Fungsi tes bagi guru mata pelajaran adalah membantu guru mata pelajaran dalam merencanakan dan mengelola pengajaran. Guru perlu mengetahui mana siswa yang mempunyai kemampuan tinggi, mana siswa yang lemah.

Guru mata pelajaran dapat merencanakan dan mengelola proses belajar mengajar dengan tepat. Antara lain guru dapat menetapkan metode dan cara belajar, mengelompokkan siswa, terutama siswa mana yang memerlukan banyak bantuan.

3. Bagi Wali Kelas.
Meningkatkan motivasi belajar siswa kelasnya.
Sebagai dasar untuk merancang dan membuat pertimbangan dalam mengembangkan potensi bakat siswa.
Agar dapat mengetahui dan memahami keadaan siswanya.
Agar terjadi hubungan yang baik di dalam kelas.
Agar terjadi hubungan yang baik antara wali kelas dengan muridnya.

4. Bagi Kepala Sekolah.
Memudahkan kepala sekolah untuk menyeleksi siswa jika ada perlombaan.
Mempermudah penyeleksian untuk penerimaan beasiswa.
Memperbarui program dan penyusunan program untuk pengembangan program.

5. Bagi Siswa dan Orang Tua.
Bagi Siswa
Untuk memahami diri siswa, sampai di mana kemampuan yang ia miliki.
Untuk memudahkan penempatan karir.
Membantu siswa untuk mengenal dirinya sendiri. Yaitu agar siswa siswa mengerti apa kelebihan –kelebihannya dan apa kekurangannya.


Bagi Orang Tua
Untuk mengarahkan dan memotivasi anak-naknya dalam kegiatan belajar.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan.
Instrument tes merupakan alat ukur atau alat yang digunakan untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Misalnya untuk mengungkapkan potensi seseorang.
Tujuan pelaksanaan instrument tes adalah untuk mengklasifikasi, meningkatkan pemahaman dan prediksi, modifikasi program atau perlakuan dan evaluasi, dan panel atau penyelidikan ilmiah. Dan instrument tes ini sangat banyak kegunaanya baik bagi guru pembimbing, guru mata pelajaran, kepala sekolah serta siswa.

B. Saran.
Mempertimbangkan bahwa pentingnya instrument tes bagi sekolah dan pihak-pihak terkait, maka sebaiknya instrument tes ini digunakan dengan sebaik-baiknya, dan hendaknya sekolah tahu, paham dan mengerti apa tujuan digunakannya instrument tes. seyogyanya sekolah tahu apa syarat-syarat tes yang baik.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari bahwa dalam masih terdapat kekurangan di berbgai aspek. Untuk itu penulis mengharapkan adanya kritikan dan saran yang menbangun dari pembaca yang terhormat, demi perbaikan penulisan untuk masa-masa yang akan datang.

Minggu, 09 Oktober 2011

Bimbingan Karir

 Dokumen perundangan / peraturan yang terkait dengan Bimbingan Karir
1. Uu sisidiknas
Guru atau pendidik dalam Pasal 1 Ayat 6 Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa “Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.”.
Selanjutnya pada Pasal 39 ayat 2, dinyatakan bahwa: ”Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi”.
Merujuk pada Undang-undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 yang dimaksud dengan guru yang berkualitas adalah guru yang profesional. Ada beberapa istilah yang bertautan dengan kata profesional, yaitu profesi, profesionalisme, profesionalitas dan profesionalisasi. Untuk dapat memperjelas satu sama lain, mari kita lihat terminologi kata-kata tersebut.

2. PP tentang pendidikan dasar khusus smp
Pp no : 17 TAHUN 2010 pasal 1 ayat 10
Sekolah Menengah Pertama, yang selanjutnya
disingkat SMP, adalah salah satu bentuk satuan
pendidikan formal yang menyelenggarakan
pendidikan umum pada jenjang pendidikan dasar
sebagai lanjutan dari SD, MI, atau bentuk lain yang
sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui
sama atau setara SD atau MI.
3. PP tentang pendidikan menengah
pp no 17 thn 2010 pasal 1 ayat 15
Sekolah Menengah Kejuruan, yang selanjutnya
disingkat SMK, adalah salah satu bentuk satuan
pendidikan formal yang menyelenggarakan
pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan
menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau
bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil
belajar yang diakui sama atau setara SMP atau MTs.

Pp no 17 thn 2010 pasal 1 ayat 12 dn 13
Pendidikan menengah adalah jenjang pendidikan
pada jalur pendidikan formal yang merupakan
lanjutan pendidikan dasar, berbentuk Sekolah
Menengah Atas, Madrasah Aliyah, Sekolah
Menengah Kejuruan, dan Madrasah Aliyah Kejuruan
atau bentuk lain yang sederajat.

Sekolah Menengah Atas, yang selanjutnya disingkat
SMA, adalah salah satu bentuk satuan pendidikan
formal yang menyelenggarakan pendidikan umum
pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan
dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat atau
lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama/setara
SMP atau MTs

4. kurikulum SMP.SMU.SMK

No. Kurikulum Jurusan yang hilang Jurusan yang muncul Mapel yang hilang Mapel yang muncul
1 1964 Jurusan Budaya SMA Prakarya
2 1968 Berhitung Matematika
Pendidikan Kesehatan Keluarga
Kecakapan Khusus
3 1975 Jurusan Budaya SMA SMA: Jurusan IPA, IPS, Bahasa. Jurusan Budaya menjadi jurusan bahasa Bahasa Indonesia
Tulisan Arab
Bahasa Jawa Kuno MunculBroadfield: Matematika, IPA, IPS Bahasa Indonesia, Civicsmenjadi PMP (Pendidikan Moral Pancasila)
4 1984 SMA: Program B (Vokasional) tak dilaksanakan. Jurusan IPS dan Bahasa tetap.
Jurusan IPA di bagi dua: Jurusan ilmu-ilmu fisik dan jurusan ilmu-ilmu hayati. Jurusan Agama untuk Madrasah Aliyah. Tata Buku. Pendidikan Keterampilan dan Pendidikan Seni tergabung menjadi Pendidikan Kertakes.
Pada Pendidikan Bahasa Indonesia dikenalkan Pragmatic. Akuntansi, Sosiologi, Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB), Tata Negara, Muatan Lokal, Keterampilan, Budaya.
5 1994 Program B SMA, Jurusan Ilmu-ilmu Fisik dan Ilmu-ilmu Hayati digabung ke jurusan IPA. Penjurusan di kelas 3 SMA: IPA, IPS, Bahasa. Tata buku, Pendidikan Keterampilan dan Pendidikan Seni tergabung menjadi kertakes.
Pada Pendidikan Bahasa Indonesia dikenalkan Pragmatic PMP menjadi PPKn. B. Indonesia dan B. Inggris menggunakancommunicative approach. Muncul bahasa Jepang dan Mandarin.
Muatan Lokal di SD dan SMP.
6 KBK Jurusan Agama SMA Penjurusan kembali ke kelas 2 SMA.
Tematik untuk kelas I dan II SD. PPKn menjadi PKn. Di SMA Antropologi digabungkan ke Sosiologi. Diberi jam untuk pembiasaan di SD dan SMP. Muatal lokal tak ditangani. Bahasa Inggris SD dan Komputer SD menjadi pilihan. ICT di SMA. Konsep Kimia dimasukkan ke IPA. Konsep Sosiologi dimasukkan ke IPS. Pembiasaan di SD dan SMP.
7 KTSP Tematik kelas I-III SD. Antropologi terpisah dari Sosiologi di SMA. IPA dan IPS terpadu di SMP. Muatan Lokal dihidupkan lagi bahkan sampai SMA. Pengembangan Diri (Pembiasaan) bahkan sampai SMA.

5. PEDOMAN KBK, DAN Life Skill
Sepintas banyak kalangan mengidentikkan KBK dengan pendidikan vocational (kejuruan) yang memang berkaitan dengan program studi yang lebih menekankan aspek skill (keterampilan) dan penguasaan teknologi. KBK menekankan aspek penguasaan secara komprehensif pada sebuah program sehingga relevan dengan kebutuhan masyarakat. Yang menjadi titik berat KBK adalah memunculkan sosok profesionalisme pada bidangnya masingmasing. Pada kaitan inilah KBK memberi penekanan yang dominan pada berbagai kompetensi yang harus dikuasai seseorang dalam setiap program studi pada setiap jenjang pendidikan. Penarapan KBK berimplikasi pada terjadi pergeseran, dari penguasaan pengetahuan (kognisi) atau dominasi kognitif menuju kepada penguasaan kompetensi tertentu sesuai program studi masing-masing. Oleh karena itu, inti KBK ini sebenarnya adalah output pendidikan yang benar-benar profesional di bidangnya.
Menurut Tresna D. Kunaefi, karena KBK menggunakan pendekatan penguasaan kompetensi tertentu, materinya sedikit tetapi mendalam Life skill yang dimaksud meliputi general skills dan specific skill. General skill terdiri dari self awareness (kesadaran diri), thinking skill (keterampilan berfikir), dan social skills (keterampilan sosial). Sedangkan spesific skills terdiri dari academic skills (keterampilan akademik) dan vocational skill (keterampilan kejuruan atau keterampilan tugas tertentu). Tekanan jenis-jenis life skill ini berbeda pada jenjang yang berbeda. Untuk SD dan SMP life skill yang dikembangkan lebih menekankan pada general skill sedangkan pada SMA tekanannya pada academic skills (Depdiknas, 2003, Pedoman khusus pengembangan silabus dan penilaian kurikulum 2004). Life skills atau kecakapan hidup ini harus dimunculkan dalam setiap kegiatan di sekolah baik dalam kegiata Adapun tujuan dari pengembangan kecakapan hidup siswa

Selasa, 20 September 2011

teori bimbingan karir

1. PENDAHULUAN
         Pada awal munculnya teorui bimbingan dan konseling yang berawal dari pelaksanaan vocational guidance (bimbingan jabatan), banyak tokoh yang berusaha untuk menganalisis vocational guidance dari beberapa sudut pandang yang berbeda. Beberapa tokoh itu antara lain Bordin, Happock, Donald E. Super, dan Anne Roe ( 1943, 1957, 1957 dan 1957), telah memaparkan teori tentang pemilihan karir atau jabatan.
         Namun, dari beberapa tokoh yang disebut diatas ditemukan pada beberapa teori pilihan pekerjaan yang dikemukakan tampaknya memiliki kekurangan-kekurangan. Dalam teorinya, Donald E. Super menjelaskan bahwa dalam kematangan bekerja dan konsep diri (self-concept) merupakan dua proses perkembangan yang berhubungan dan merupakan tulang punggung teori yang dikemukakan. Pada teori tersebut Donald E. Super masih menjelaskan masalah perkembangan atau pemilihan jabatan secara umum.
         Kemudian, pada teori yang dikembangkan oleh Bordin, Happock, dan Anne Roe, masih juga terlihat kekurangannya yaitu pada teori mereka hanya dikembangkan secara sempit dan hanya menekankan salah satu aspek saja. Misalnya, menekankan pada aspek pemusatan pada konsep diri (self-concept-centered), pemusatan  kepada kebutuhan (needed-centered), atau berorientasi pada etiologi.
         Dari beberapa tokoh yang mengembangkan teori pilihan jabatan diatas, muncul John L. Holland dengan teori yang mengajukan teori dengan pendekatan yang lebih komprehensif dengan memadukan ilmu-ilmu yang ada. Untuk itu, alam tulisan ini penulis akan lebih menjelaskan teori pilihan jabatan yang dikembangkan oleh John L. Holland.
2. TEORI PILIHAN JABATAN MENURUT JOHN L HOLLAND
a. Pengembangan Teori
      Pada teori yang dikembangkan oleh John L. Holland menjelaskan bahwa suatu pemilihan pekerjaan atau jabatan merupakan hasil dari interaksi antara factor hereditas (keturunan) dengan segala pengaruh budaya, teman bergaul, orang tua, orang dewasa yang dianggap memiliki peranan yang penting. Selain itu John L. Holland juga merumuskan tipe-tipe (golongan) kepribadian dalam pemilihan pekerjaan berdasarkan atas inventori kepribadian yang disusun atas dasar minat.
      Kemudian, setiap tipe-tipe kepribadian itu dijabarkan ke dalam suatu model teori yang disebut model orientasi (the model orientation). Model orientasi ini merupakan suatu rumpun perilaku perilaku penyesuaian yang khas. Setiap orang memiliki urutan orientasi yang berbeda-beda, dan hal inilah yang menyebabkan mengapa setiap orang itu mempunyai corak hidup yang berbeda-beda.
      Urutan orientasi yang pertama terhadap suasana lingkungan pekerjaan tertentu merupakan corak hidup yang utama dan pertama, urutan model orientasi kedua terhadap lingkungan kerja yang lainnya dan merupakan corak hidup yang kedua bagi seseorang untuk selanjutnya. Penempatan urutan corak hidup itu sangat bergantung dari tingkat kecerdasan serta penilainnya terhadap diri sendiri. Makin jelas penempatan urutan corak hidupnya maka akan semakin menghasilkan pola pilihan yang tepat bagi seseorang. Namun perlu digarisbawahi, jika model orientasi John L. Holland ini mengajukan model orientasi berdasarkan budaya Amerika.
      Adapun model orientasi yang dijabarkan oleh John L. Holland adalah sebagai berikut:
1.       Realistis
Tipe model ini memiliki kecenderungan untuk memilih lapangan kerja yang berorientasi kepada penerapan. Ciri-cirinya yaitu; mengutamakan kejantanan, kekuatan otot, ketrampilan fisik, mempunyai kecakapan, dan koordinasi motorik yang kuat, kurang memiliki kecakapan verbal, konkrit, bekerja praktis, kurang memiliki ketrampilan social, serta kurang peka dalam hubungan dengan orang lain.
Orang model orientasi realistis dalam lingkungan nyatanya selalu ditandai dengan tugas-tugas yang konkrit, fisik, eksplisit yang memberikan tantangan bagi penghuni lingkungan ini. Untuk dapat memecahkan masalah yang lebih efektif seringkali memerlukan bentuk-bentuk kecakapan, gerakan, dan ketahanan tertentu. Diantaranya kecakapan mekanik, ketahanan dan gerakan fisikuntuk berpindah-pindah dan seringkali berada diluar gedung.Sifat-sifat yang nampak dengan jelas dari tuntutan-tuntutan lingkungan menciptakan kegagalan dan keberhasilan.
Contoh pekerjaan orang dengan model orientasi ini adalah, operator mesin/radio, sopir truk, petani, penerbang, pengawas bangunan, ahli listrik, dan pekerjaan lain yang sejenis. 
2.      Intelektual
Tipe model ini memiliki kecenderungan untuk memilih pekerjaan yang bersifat akademik. Ciri-cirinya adalah memiliki kecenderungan untuk merenungkan daripada mengatasinya dalam memecahkan suatu masalah, berorientasi pada tugas, tidak sosial. Membutuhkan pemahaman, menyenangi tugas-tugas yang bersifat kabur, memiliki nilai-nilai dan sikap yang tidak konvensional dan kegiatan-kegiatanya bersifat intraseptif.
Orang model orientasi intelektual dalam lingkungan nyatanya selalu ditandai dengan tugas yang memerlukan berbagai kemampuan abstark, dan kreatif. Bukan tergantung kepada pengamatan pribadinya. Untuk dapat memecahkan masalah yang efektif dan efisien diperlukan intelejensi, imajinasi, serta kepekaan terhadap berbagai masalah yang bersifat intelektual dan fisik. Kriteria keberhasilan dalam melaksanakan tugas bersifat objektif dan bisa diukur, tetapi memerlukan waktu yang cukup lama dan secara bertahap. Bahan dan alat serta perlengkapan memerlukan kecakapan intelektual daripada kecakapan manual. Kecakapan menulis mutlak dipelihara dalam oreientasi ini.
Contoh pekerjaan orang dengan model orientasi ini adalah, ahli fiika, ahli biologi, kimia, antropologi, matematika, pekerjaan penelitian, dan pekerjaan lain yang sejenis.
3.      Sosial
Tipe model ini memiliki kecenderungan untuk memilih lapangan pekerjaan yang bersifat membantu orang lain. Ciri-ciri dari tipe model ini adalah pandai bergaul dan berbicara, bersifat responsive, bertanggung jawab, kemanusiaan, bersifat religiusm membutuhkan perhatian, memiliki kecakapan verbal, hubungan antarpribadi, kegiatan-kegiatan rapid an teratur, menjauhkan bentuk pemecahan masalah secara intelektual, lebih berorientasi pada perasaan.
Orang model orientasi sosial memiliki ciri-ciri kebutuhan akan kemampuan untuk menginterpretasi dan mengubah perilaku manusia, serta minat untuk berkomunikasi dengan orang lain. Secara umum orientasi kerja dapat menimbulkan rasa harga diri dan status.
Contoh pekerjaan orang dengan model orientasi ini adalah, guru, pekerja sosial, konselor, misionari, psikolog klinik, terapis, dan pekerjaan lain yang sejenis.
4.      Konvensional
Tipe model ini pada umumnya  memiliki kecenderungan untuk terhadap kegiatan verbal, ia menyenangi bahasa yang tersusun baik, numerical (angka) yang teratur, menghindari situasi yang kabur, senang mengabdi, mengidentifikasikan diri dengan kekuasaaan, memberi nilai yang tinggi terhadap status dan kenyataan materi, mencapai tujuan dengan mengadaptasikan dirinya ketergantungan pada atasan.
Orang model orientasi konvensional pada lingkungan nyatanya ditandai  dengan berbagai macam tugas dan pemecahan masalah memerlukan suatu proses informasi verbal dan  dan matematis secara kontinu, rutin, konkrit, dan sistematis. Berhasilnya dalam pemecahan masalah akan nampak dengan jelas dan memerlukan waktu yang relative singkat.
Contoh pekerjaan orang dengan model orientasi ini adalah, kasir, statistika, pemegang buku, pegawai arsip, pegawai bank, dan pekerjaan lain yang sejenis.
5.      Usaha
Tipe model ini memiliki cirri khas diantaranya menggunakan ketrampilan-ketrampilan berbcara dalam situasi dimana ada kesempatan untuk menguasai orang lain atau mempengaruhi orang lain, menganggap dirinya paling kuat, jantan, mudah untuk mengadakan adaptasi dengan orang lain, menyenangi tugas-tugas sosial yang kabur, perhatian yang besar pada kekuasaan, status dan kepemimpinan, agresif dalam kegiatan lisan.
Orang model orientasi usaha ditandai dengan berbagai macam tugas yang menitikberatkan kepada kemampuan verbal yang digunakan untuk mengarahkan dan mempengaruhi orang lain.
Contoh pekerjaan orang dengan model  orientasi ini adalah, pedagang, politikus, manajer pimpinan eksekutif perusahaan, perwakilan dagang, dan pekerjaan lain yang sejenis.
6.      Artistik
Tipe model orientasi ini memiliki kecenderungan berhubungan dengan orang lain secara tidak langsung, bersifat sosial dan sukar menyesuaikan diri.
Orang model orientasi artistic ini ditandai dengan berbagai macam tugas dan masalah yang memerlukan interpretasi atau kreasi bentuk-bentuk artistic melalui cita rasa, perasaan dan imajinai.Dengan kata lain, orientasi artistic lebih menitikberatkan menghadapi keadaan sekitar dilakukan dengan melalui ekspresi diri dan menghindari keadaan yang bersifat intrapersonal, keteraturan, atau keadaan yang menuntut ketrampilan fisik.
Contoh pekerjaan orang dengan model orientasi ini adalah, ahli musik, ahli kartum ahli drama, pencipta lagu, penyair, dan pekerjaan lain yang sejenis.   

b. Tingkat Hierarkis dan Hierarkis Perkembangan
Seperti yang dijelaskan diatas, dijelaskan bahwa setiap orang memiliki urutan corak hidup sendiri-sendiri, hal ini menjelaskan bahwa dalam diri seseorang memiliki tingkat hierarkis dalam memilih pekerjaan. Menurut Holland bahwa seseorang dalam memilih pekerjaan atau jabatan, itu tergantung pada tingkat intelenjensi dan penilaian terhadap dirinya sendiri (self evaluation), yaitu variabel-variabel yang dapat diukur dengan tes intelenjensi dan dengan skala status diri.
Faktor-faktor penilaian diri dan intelenjensi diasumsikan sebagai penyebab dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat pemilihan pekerjaan. Tingkat pengaruh dari faktor-faktor ini tidak begitu jelas, walaupun diasumsikan bahwa teori ini memiliki manfaat yang sama. Berdasarkan rumusannya menjelaskan bahwa penyebab hubungan itu memiliki kecenderungan lebih signifikan dalam tingkat pemilihan pekerjaan. Tingkatan pekerjaan disamakan dengan intelenjensi ditambah dengan penilaian diri, dimana penilaian diri adalah merupakah suatu fungsi dari status ekonomi, kebutuhan akan status pendidikan, dan konsep diri.
Tingkatan faktor-faktor penilaian diri dan intelejensi ini akan membentuk tingkatan sedemikian rupa, sehingga orang memiliki urutan kecenderungan terhadap enam lingkungan pekerjaan (enam model orientasi John L. Holland). Pengukuran penilaian diri dan intelejensi ini ditujukan untuk mengetahui jabatan/pekerjaan seseorang dengan nantinya akan diklasifikasikan dalam enam glongan orientasi tersebut. Dengan dilakukannya pengukuran ini ada beberapa kemungkinan hasil yang berbeda-beda:
1.      Suatu hirarki yang jelas, menghasilkan pilihan langsung tanpa ada konflik atau keragu-raguan.
2.      Suatu hirarki yang kabur menyebabkan adanya kebimbingan atau keraguan dalam pilihan.
3.      Adanya faktor-faktor yang memblokir atau menghalangi terbentuknya hirarki pilihan oleh faktor ekonomi, penilaian oleh majikan (rejection), atau karena faktor-faktor lain, didalam suatu hirarki tertentu yang jelas akan menghasilkan adanya seleksi terhadap pola perkembangan yang kedua mendominir pola yang ketiga. Jika pola yang kedua dan pola ketiga sama kuatnya maka akan terjadilah kebimbingan pilihan.

c. Pengaruh-pengaruh dalam pemilihan jabatan
Di awal tulisan ini telah dijelaskan bahwa suatu pemilihan pekerjaan atau jabatan merupakan hasil dari interaksi antara faktor hereditas (keturunan) dengan segala pengaruh budaya, teman bergaul, orang tua, orang dewasa yang dianggap memiliki peranan yang penting. Kemudian, dari tulisan tersebut dijabarkan lebih lanjut mengenai tingkatan hierarki dan hierarki perkembangan yang kemudian dapat dikategorikan bahwa ada dua hal yang mempengaruhi arah pilih jabatan, pertama, pengetahuan diri. Kedua, dari luar atau lingkungan.
1.       Pengaruh pengetahuan diri
Pengaruh pengetahuan diri ini lebih ditujukan pada pengetahuan individu tentang dirinya dari orang lain. Pengetahuan diri sendiri mempunyai peranan untuk meningkatkan (increase) atau mengurangi (decrease) ketepatan pilihan seseorang. Pengetahuan diri ini diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk membedakan berbagai kemungkinan lingkungan dipandang dari sudut kemampuan-kemampuannya sendiri, namun ada perbedaan mendasar antara penilaian diri dan pengetahuan diri, penilaian diri menitikberatkan pada penghargaan terhadap dirinya sedangkan pengetahuan diri berisikan sejumlah informasi yang dimiliki seseorang tentang dirinya. Tinggi rendahnya pengetahuan diri seseorang akan terlihat dari tepat atau tidaknya beberapa pilihan atau keputusan yang diambil.
2.      Pengaruh Luar atau lingkungan
Pengaruh ini memiliki faktor yang sangat luas, dijelaskan bahwa dalam memilih jabatan atau pekerjaan individu dapat dipengaruhi dengan tekanan sosial seperti, tuntutan orang tua, pengaruh dari masa kecil, lingkungan pergaulan, dsbg. Hal tersebut sangat mempengaruhi individu dalam hasil pengukuran pada tingkat hirarkis dan hirarkis perkembangan.
  
 C. KESIMPULAN
1.      Individu dalam memilih jabatannnya sangat tergantung dari corak hidupnya, yaitu yang terlihat dari hasil pengukuran penilaian diri dan intelejensi yang kemudian akan hasil tersebut didapatkan hierarkis pilihan pekerjaannnya yang di urutkan berdasar enam golongan orientasi John L. Holland.
2.      Individu dalam memilih pekerjaannya karena dipengaruhi oleh sejarah hidupnya dam juga karena tekanan sosial yang terjadi pada dirinya.
3.      Penggolongan model-model orientasi ditujukan agar bisa diketahui urutan kecenderungan seseorang dalam bekerja.
Bimbingan karir juga merupakan salah satu bidang dalam bimbingan dan konseling yang ada di sekolah-sekolah. Menurut Winkel (2005:114) bimbingan karir adalah bimbingan dalam mempersiapkan diri menghadapi dunia kerja, dalam memilih lapangan kerja atau jabatan /profesi tertentu serta membekali diri supaya siap memangku jabatan itu, dan dalam menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan dari lapanan pekerjaan yang dimasuki. Bimbingan karir juga dapat dipakai sebagai sarana pemenuhan kebutuhan perkembangan peserta didik yang harus dilihat sebagai bagaian integral dari program pendidikan yang diintegrasikan dalam setiap pengalaman belajar bidang studi.
Bimbingan karir adalah suatu proses bantuan, layanan dan pendekatan terhadap individu (siswa/remaja), agar individu yang bersangkutan dapat mengenal dirinya, memahami dirinya, dan mengenal dunia kerja merencankan masa depan dengan bentuk kehidupan yang diharapkan untuk menentukan pilihan dan mengambil suatu keputusan bahwa keputusannya tersebut adalah paling tepat sesuai dengan keadaan dirinya dihubungkan dengan persyaratan-persyaratan dan tunutan pekerjaan / karir yang dipilihnya (Ruslan A.Gani : 11)
Menurut Herr bimbingan karir adalah  suatu perangkat, lebih tepatnya suatu program yang sistematik, proses, teknik, atau layanan yang dimaksudkan untuk membantu individu memahami dan berbuat atas dasar pengenalan diri dan pengenalan kesempatan-kesempatan dalam pekerjaan, pendidikan, dan waktu luang, serta mengembangkan ketrampilan-ketrampilan mengambil keputusan sehingga yang bersangkutan dapat menciptakan dan mengelola perkembangan karirnya (Marsudi, 2003:113).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan karir adalah suatu upaya bantuan terhadap peserta didik agar dapat mengenal dan memahami dirinya, mengenal dunia kerjanya, mengembangkan masa depan sesuai dengan bentuk kehidupan yang diharapkannya, mampu menentukan dan mengambil keputusan secara tepat dan bertanggungjawab.
Donald D. Super (1975) mengartikan bimbingan karir sebagai suatu proses membantu pribadi untuk mengembangkan penerimaan kesatuan dan gambaran diri serta peranannya dalam dunia kerja. Menurut batasan ini, ada dua hal penting, pertama proses membantu individu untuk memahami dan menerima diri sendiri, dan kedua memahami dan menyesuaikan diri dalam dunia kerja. Oleh sebab itu yang penting dalam bimbingan karir adalah pemahaman dan peCareer guidance … encompasses all of the service that aim at helping pupils make occupational and educational plans and decisions nyesuaian diri baik terhadap dirinya maupun terhadap dunia kerja. Tolbert, (1975:27) memaparkan bahwa ““. Pengertian Tolbert ini mengandung makna bahwa bimbingan karir merupakan salah satu bentuk layanan dalam membantu siswa merencanakan karirnya.

Peters dan Shetzer (1974:267) mengemukakan bahwa tujuan bimbingan karir adalah membantu siswa dengan cara yang sistematis dan terlibat dalam perkembangan karir. Guru pembimbing hendaknya dapat membantu siswa merencanakan karirnya sesuai dengan kemampuan, bakat dan minat yang dimilikinya. Moh. Surya (1988:14) menyatakan bahwa tujuan bimbingan karir adalah membantu individu memperoleh kompetensi yang diperlukan agar dapat menentukan perjalanan hidupnya dan mengembangkan karir kearah yang dipilihnya secara optimal.